Jumat, 03 Februari 2012

Pahlawan Nasional untuk Kasimo

Selasa, 8 November 2011. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono, di Istana Negara, Jakarta.

Gelar itu diterima oleh Ignatius Maria Wartono putera kedua Kasimo. Selain Kasimo, gelar Pahlawan Nasional juga diberikan kepada enam tokoh lain. Mereka adalah: Mantan Kepala Pemerintah Darurat Republik Indonesia Syafruddin Prawiranegara (1911-1989); Ulama Besar, Ketua PBNU 1956-1984, Mantan Ketua DPR K.H. Idham Chalid (1921-2010); Ulama Besar dan Sasterawan Prof Dr Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan nama HAMKA (1908-1981); tokoh pendidikan/Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ki Sarmidi Mangunsarkoro (1904-1957); Mantan Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI, Dokuritu Zyunbi Tyoosa Kai) I Gusti Ketut Pudja (1908-1977); dan Raja Surakarta 1893-1939 Susuhunan Pakubuwono X (1866-1939).

Kasimo adalah Ketua Partai Katolik yang ia dirikan kembali pada 12 Desember 1945 dengan nama Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI). Sebenarnya Partai Katolik sudah dirintis sejak 1917, namun pendiriannya secara resmi baru tahun 1924 diYogyakarta, dengan nama Katholiek Djawi. Kasimo memimpin Katholiek Djawi menggantikan F. S Harijadi, dan mengubah nama Katholiek Djawi menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek di Djawa (PPKD). Demi kebutuhan strategi politik saat itu, PPKD berafiliasi dengan Indische Katholieke Partij. Sebagai pemimpin PPKD, Kasimo menjadi anggota Volksraad dari tahun 1931 sampai 1942. Pada Masa Pendudukan Jepang, PPKD dibekukan Jepang.

Pada masa revolusi kemerdekaan, Kasimo beberapa kali menjadi menteri. Selama menjadi menteri antara 1947-1948 itulah Kasimo mencanangkan sebuah program yang terkenal dengan sebutan Rencana Kasimo (Kasimo Plan). Kasimo Ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara formal ke Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Volksraad. Ia sudah berani berpidato menuntut Kemerdekaan Indonesia dalam salah satu sidang Volksraad ketika belum setahun menjadi anggota “parlemen” Hindia Belanda tersebut. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, ia dan Mohammad Natsir pemimpin Partai Masyumi, gigih menentang kebijakan pemerintah yang terlalu berpihak kepada Partai Komunis Indonesia.

Sebagai ungkapan rasa syukur atas penetapan Kasimo menjadi pahlawan nasional diadakan ziarah ke makam Kasimo di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 12 November 2011. Doa dipimpin oleh Ketua Komisi Kerasulan Awam, Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr Yustinus Harjosusanto MSF, disusul upacara tabur bunga. Selain keluarga I.J. Kasimo, hadir beberapa tokoh Katolik, antara lain Harry Tjan Silalahi, St. Sularto, Krissantono, Muliawan Margadana, Hermawi Fransiskus Taslim. Juga tampak beberapa aktivis Lembaga Kategorial seperti ISKA, WKRI, PMKRI, dan Pemuda Katolik.

Di mata keluarga

Putera kedua Kasimo, Ignatius Maria Wartono berkisah, “Saya tidak pernah menyangka kalau bapak akan dianugerahi gelar pahlawan nasional.” Ia menambahkan, bapaknya adalah sosok yang sederhana, jujur, disiplin, dan pintar. “Bapak pernah beberapa kali menjadi Menteri pada zaman Bung Karno. Padahal bapak dari partai kecil, tapi dipilih,” katanya.

Menurut kesaksian Wartono, Kasimo adalah sosok yang taat beribadah. Setiap pagi, Kasimo selalu pergi ke gereja untuk Misa. Kebiasaan ini selalu dilakukannya, baik ketika di Yogyakarta, Solo, maupun Jakarta. Wartono juga mengungkapkan bahwa ayahnya kerap lebih mengutamakan partai dan negara dibanding keluarga. Wartono menceritakan, “Selesai Konferensi Meja Bundar 1949 di Belanda, bapak pulang membawa oleh-oleh kamera.” Ia berpikir, kamera itu untuk keluarga. Tetapi, sambil terkekeh sang bapak menyahut, “Ini untuk partai.” Wartono mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan panitia yang telah mengusulkan Kasimo sebagai Pahlawan Nasional sejak 2010. Orang-orang di balik upaya ini antara lain Jakob Oetama, Harry Tjan Silalahi, J. Kristiadi, St. Sularto, dan Arief Priyadi

sumber: hidupkatolik.com

0 komentar:

Posting Komentar